Buscar

Páginas

Peselingkuh Ala Politisi

Peselingkuh Ala Politisi

TERNYATA tukang selingkuh punya pola kerja yang sama dengan politisi. Mereka sama-sama suka obral janji, tapi kemudian melupakan diri. Contohnya Jam, 27, ( bukan nama sebenarnya) dari Palembang ini. Gadis Ira, 20, (bukan nama sebenarnya) digauli berulangkali dengan garansi mau dikawini. Tapi ternyata, setelah sidoi hamil, malah ditinggal melarikan diri.
Bahwa politisi suka mengobral janji, sudah bukan rahasia lagi. Saat kampanye, dia berjanji ini itu, agar rakyat mencontreng namanya. Tapi setelah berhasil duduk manis di Senayan, dia jadi lupa akan janji-janji tempo hari. Katanya akan jadi penyambung lidah rakyat, tapi malah kerjanya studi banding melulu. Biarpun dikritisi dan diomeli LSM dan masyarakat, tak juga peduli. Bahkan Ketua DPR-nya, ikut-ikutan pula ke Turki meski itu bukan kapasitas untuk lembaga legislatip.
Jam warga, Kecamatan Ilir Timur (IT) II Palembang ini meski bukan politisi Senayan, latah pula untuk ikut-ikutan studi banding. Dia pengin membanding-bandingkan, bagaimana beda rasa antara pelayanan istri sendiri dengan wanita lain. Maka meskipun dalam koridor keluarga tindakan itu bisa disebut selingkuh, dia nekad saja. “Terus aja Bleh, bukankah selingkuh itu kepanjangan selingan indah keluarga utuh?” kata setan memberi motivasi.
Tukang ojek ini memang punya kenalan baru, yang diperolehnya saat dia mengojek sebagai pekerjaan sehari-hari. Setelah lama jadi tenaga antar jemput Ira, tanpa malu-malu dia mendeklarasikan cintanya, dengan mengaku masih bujangan tulen, siap testing dengkul. Ternyata si gadis bisa menerima aspirasi lelaki pengojek ini, dalam arti Ira siap menjadi pacarnya.
Tapi ternyata bagi Jam, membangun koalisi tanpa eksekusi, itu sama saja bohong. Diapun lalu merayu-rayu Ira untuk bersedia diajak bersetubuh bak suami istri.
Tentu saja dia menolak, karena belum jadi hak dan kewajibannya. Tapi pengojek yang tahu ilmu politisi, terus saja merayu dan berjanji bahwa siap bertanggungjawab bila terjadi hil-hil yang mustahal. Akibat rayuan Jam, akhirnya Ira pun bertekuk lutut dan berbuka paha.
Sejak itu kegiatan nyoblos dan nyontreng non Pemilu menjadi kegiatan rutin Jam dan Ira. Kadang di rumah, kadang di penginapan. Ibarat orang makan, mereka selalu “ngemil” kapan saja sempat. Tapi pada akhirnya, entah setelah berapa kali berbuat, perut Ira pun menggelembung secara signifikan. Ingat akan janji sang kekasih, dengan sendirinya Ira minta pertanggungjawaban untuk dinikahi secara resmi. Tapi ternyata pengojek ini benar-benar meniru kelakuan politisi. Begitu digugat “konstituen”-nya, buru-buru Jam minggat dengan alasan sudah punya keluarga.
Sudah barang tentu warga Sematang Borang tak terima perlakuan kekasihnya. Dia pun lalu mendatangi Polresta Palembang, minta segera Jam ditangkap dan dipenjarakan. Soalnya, perbuatan wanpretasi Jamil tersebut telah menghacurkan masa depannya sekaligus bakal anaknya.
Jam ternyata memang jago “ngemil”. (SP/Gunarso TS)