Buscar

Páginas

Nenek Menjemput “Bola”

Nenek Menjemput “Bola” USIANYA menjelang 50 tahun, maka Ny. Yanti, 48, sudah bisa disebut nenek. Tapi karena tak memperoleh kepuasan dari suami, dia pun cari brondong bernama Ijan, 36, tetangganya. Di hari tertentu dia mengacu sistem jemput bola, untuk menjemput “bola”-nya gendakan. Sampai kemudian warga menggerebeknya.
Dalam urusan libido, kaum wanita relatif lebih bisa mengendalikan diri. Itu bisa dilihat dari banyaknya kaum wanita yang lebih memilih hidup menjanda sambil membesarkan anak, daripada kawin lagi. Bagi mereka, tak mudah cari pasangan yang bisa di atas suami. “Enaknya nggak seberapa, tapi keluarga malah jadi binasa,” begitu tekad kaum janda  yang merindukan baunya surga.
Bila ada  lembaga survei mengadakan penelitian, jumlah perempuan seperti Yanti prosentasenya pasti lebih kecil.  Betapa tidak, Ny. Yanti dari Tanjungpinang Barat, Provinsi Riau ini tak peduli menjelang nenek-nenek, anak muda pun dibujuknya sambil berseru: halo cowok, godain gue dong!
Perempuan warga Kampung Baru ini sudah lama tak memperoleh kehangatan malam dari suami. Ibarat lahan bebas gambut,  sudah lama dibiarkan kering tak dapat siraman air hujan. Sebagai perempuan yang masih enerjik, Ny. Yanti pun tak mau menerima keadaan. Daripada mati “kedinginan” di rumah, dia mulai mencari tokoh alternatif yang bisa memuaskan selera dan dahaga dirinya sebagai makhluk homo sapiens.
Di kampungnya dia punya tetangga yang lumayan muda, namanya Ijan. Di mata Yanti, baik tongkrongan maupun “tangkringan” lelaki tetangga ini sepertinya kok sangat menjanjikan. Mulailah perempuan pasang pukat dan jebakan, agar lelaki ini siap diajak berkoalisi permanen di kamar tidur. Tekadnya, kalaupun harus pakai guna-guna, tanpa menghabiskan kemeyan 1 Kg pun Sarijan pasti sudah tunduk dan takluk.
Kebetulan pula, meski usianya menjelang kepala lima, tapi Ny. Yanti ini masih termasuk STNK (Setengah Tua Namun Kenyal). Bodinya masih seksi menggiurkan, patat  belum ngelot (rata – Red) menurut istilah tukang batu. Dadanya juga masih lumayan penuh, meski bukan apa-apanya bila dibanding dengan Malinda Dee Citibank. Karenanya, begitu disodori barang bagus seperti ini, Ijan yang lelaki rumahan langsung klepeg-klepeg macam hakim disodori suap Rp 250 juta. Apa lagi si istri sudah beberapa tahun menjadi TKW di Timur Tengah.
Nenek Yanti – Ijan pun lalu sering memadu kasih bak suami istri. Pilihan wanita itu tak meleset, karena lelaki muda ini memang bisa mengimbangi seleranya. Cuma, agar aksi mesum ini lebih rapi kemasannya, si nenek tak mau membawa Ijan ke rumah. Justru sebaliknya, Yanti  yang melakukan sistem jemput bola ke rumah si lelaki, dalam arti dia menjemput “bola” si Ijan yang keras tapi lentur itu.
Cuma sial beberapa hari lalu. Saat Yanti “main bola” dengan Ijan, diintip warga. Mereka pun muak dengan kelakuan mereka, sehingga pasangan mesum itu digerebek dan diserahkan ke polisi. Dikiranya warga suami Yanti akan marah, justru dia memaafkan kelakuan istri. Karena ini delik aduan, polisi pun terpaksa melepaskan pasangan mesum itu pulang ke rumah masing-masing.
Sambil suruh nyanyi gelang sipatu gelang, nggak? (JP/Gunarso TS)

Cinta Satpam Berpaling

Cinta Satpam Berpaling BARU  jadi satpam lewat outsorcing, cintanya sudah berpaling. Inilah kelakuan Midan, 35, (bukan nama sebenarnya) warga Semarang. Saat aksi selingkuhnya ketahun bini lewat SMS, dia jadi mata gelap. Ny. Sarniti, 34,(bukan nama sebenarnya) pun dibanting dan dicekik lehernya hingga tewas. Satpam BNI ini pun jadi urusan polisi.
Sepertinya sudah salah kaprah, punya WIL atau PIL dianggapnya sebuah kebutuhan, bahkan menjadi hak semua anak bangsa. Bila ada kesempatan maupun kemampuan, kalangan pria dan wanita di mana-mana menduakan cintanya. Buktinya, kolom NID ini tak pernah kehabisan bahan. Di belahan bumi nusantara ini selalu ada saja pasangan suami istri yang mengkhianati Perjanjian KUA.
AM (anggota muda) aktivis selingkuh paling baru, rupanya Midan Satpam BNI Cabang Undip, Semarang. Meski kerjanya masih lewat jaringan calo tenaga kerja,  di mana kelangsungan kerjanya tak dijamin, dia sudah macem-macem punya WIL segala. Namanya juga Satpam bank, dengan sendirinya tiap hari ketemu nasabah yang cantik-cantik dan banyak duit. Salah satunya, Rini, 28, tertarik pada pemampilan Midan. Pertimbangan wanita itu mungkin, tongkat pentungannya saja gede dan panjang, apa lagi “pentungan”-nya yang lain.
Singkat cerita Midan – Rini sudah menjadi pasangan kekasih, lengkap dengan “pentung-pantungan”-nya ngkali. Soalnya, dalam berbagai kesempatan sang WIL berani kirim SMS mesra, berisi ajakan-ajakan mesum. Nah, beberapa hari lalu SMS itu terbaca oleh Sarniti, istri Midan. Begitu membaca kalimat-kalimat pendek dalam HP suami, dia terperangah dan menanyakan siapa gerangan dia. “Namanya sih lelaki, tapi kata-katanya kok begini, apa sampeyan homo, Mas?” tegur Sarniti telak.
Ya, dalam SMS itu oleh Midan diberi nama panggil Jumanto, tapi kok kalimatnya ajakan kelon? Maka Sarniti pun makin bernafsu untuk membuka tabir ini. Celakanya Midan juga bukan tipe lelaki yang bakat jadi pengacara. Dia blekak-blekuk memberi jawaban tak memuaskan, sehinga pada akhirnya mengaku kalah dan buka kartu bahwa Jumanto itu nama samaran seorang wanita.
Tapi ketika istri mengejar, siapa nama sesungguhnya perempuan itu, Midan malah ketularan jadi Ramadhan Pohan: ya si A lah, masak mau tahu saja! Midan diam, Sarniti jadi semakin sewot, sehingga omongannya semakin melengking-lengking. Dalam kondisi terpojok sedemikian rupa, Midan jadi nekad. Tanpa ampun Sarniti ditempeleng hingga jatuh. Habis itu langsung disusul dengan cekikan tepat di lehernya. Karena kesulitan bernapas, malam itu juga ibu dari satu anak itu tewas.
Demi melihat istri meninggal di tangannya, Midan jadi panik. Tak siap jadi napi, jenazah istrinya langsung digantung. Esuk paginya warga geger, sehingga polisi pun dilapori. Tapi dengan cepat Polsek Mijen Semarang segera tahu bahwa kematian gantung dini ini sekedar rekayasa. Dugaan pertama langsung mengarah ke Midan, apa lagi sidik jari di leher Sarniti juga tak bisa dibohongi. Satpam BNI yang tinggal di Santren Ngadirgo ini pun ditahan dengan tuduhan pembunuhan. “Saya kepepet, tak bisa berkelit dari tuduhan selingkuh,” ujarnya pada polisi.
Baru menyelewengkan cinta, apa lagi harta negara. (SM/Gunarso TS)

di kira tamu ternyata



Dikira Tamu Ternyata… – Berpositif thinking itu bagus, tapi jika selingkuhan istri malah dianggap tamu dari jauh, gimana coba? Nggak gimana-gimana, yang jelas Matius, 40, (bukan nama sebenarnya) akhirnya ngamuk saat melihat Yanet, 34, (bukan nama sebenarnya) istrinya sedang disetubuhi tamu dari jauh itu. Yosep, 33, (bukan nama sebenarnya) yang sedang “sibuk” itu langsung ditarik dan digebuki di tempat.
Di kutub utara bilangan Kanada, konon tamu dihormati dengan cara dipersilakan tidur dengan istri tuan rumah. Jika “budaya” tersebut dibawa ke sini, wah……, banyak lelaki mata keranjang jadi hobi bertamu. Asyikkan, membawa oleh-oleh sekedarnya, tapi bakal dapat “jamuan” istimewa. Bukan sekedar ayam goreng kremes, tapi hidangannya berupa paha dan dada……istri tuan rumah. Ini sih, tanpa saus pun bagi lelaki mata keranjang tetap syedapppp juga.
Di Kupang ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur, Ny. Yanet nyaris mengadopsi cara-cara suku Eskimo tersebut. Karena PIL-nya orang jauh, dia disuruhnya menginap dengan segala servisnya. Pertimbanganya adalah, suami yang jadi sopir di luar kota, tidak mesti kembali ke rumah setiap hari. Jadi mumpung suami mandataris tak di rumah, silakan “kudeta” asmara sepuas-puasnya. Yang penting, rumput dan dedaunan tak ada yang tahu.
Matius selama ini memang menjadi sopir truk yang tugasnya sampai keluar kota. Bila sedang bawa muatan, bisa berhari-hari tak pulang. Walhasil dia ketemu istri paling-paling seminggu sekali. Hal ini membuat Ny. Yanet yang masih muda dan enerjik, jadi kesepian. Terbius ungkapan lama bahwa sopir itu setiap “ngaso mampir”, dia mencoba mengisi kesepiannya dengan mencari PIL. “Ah, suamiku di luar kota juga begitu. Apa salahnya aku membalas, biar skornya jadi satu satu,” begitu Yanet bertekad.
Selingkuhan Yanet yang bernama Yosep, memang tidak tinggal di kota Kupang. Tapi secara rutin di hari-hari “aman” dia menginap di rumah Yanet untuk mengisi hari-hari sepi tuan rumah. Dia senang-senang saja, wong semua akomodadi ditanggung panitia. Tiket bis pulang pergi dibayari, makan minum juga terjamin, ditambah lagi dapat “selimut” istimewa. Kalaupun pakai modal, paling-paling Yosep hanya disuruh rajin minum Irex.
Mungkin karen antar-tetangga sibuk dengan urusan masing-masing, sampai sekian lama “tamu istimewa” ini tak pernah terdetekti lingkungan. Maka Matius yang sibuk cari nafkah di atas roda, tak pernah terima laporan aneh-aneh dari para tetangga. Sampailah kemudian pada kejadian beberapa hari lalu. Pas dia pulang sekitar jam 20.00 kok melihat di ruang tamu ada lelaki. Dia pikir lelaki itu adalah famili Yanet dari Ambon. Karenanya dia hanya salaman dan bertegur sapa ala kadarnya, lalu tidur saking capeknya.
Tapi sekitar pukul 23.00 dia bangun dan masuk kamar pribadinya. Lho kok, di kamar dia menyaksikan tamu bernama Yosep itu tengah menyetubuhi bininya. Kontan Matius marah besar. Si tamu yang sedang “sibuk” tersebut ditarik dari atas tubuh istrinya langsung dihajar. Kalau saja tak dilerai istri, mungkin Yosep sudah jadi abon. Untuk memberi sanksi berat, Matius malam itu juga melaporkan Yosep ke Polres Kupang. Dalam pemeriksaan, “tamu istimewa” ini hanya mengaku baru menyetubuhi Ny. Yanet lima kali, tidak lebih.
Lima kali kok baru, memangnya mau berapa kali? (SCTV/Gunarso TS)