Buscar

Páginas

Paket hemat Gubug Asmara

Senin, 18 April 2011 - 21:58 WIB
|
Paket Hemat Gubug Asmara DENGAN  uang Rp 22.000,- orang sudah bisa menikmati paha ayam goreng di restoran siap saji. Di Situbondo, dengan uang Rp 10.000,- Ali, 45, sudah bisa menikmati “paha” mulus Ny. Mar, 39, di sebuah gubuk. Tapi paket hemat asmara itu akhirnya berantakan, karena digerebek warga di kala sedang ketanggungan.
Dalam urusan asmara, orang mau keluar anggaran berapa saja, sebab yang namanya cinta itu harus berani korban apa saja. Jangankan korban materil, korban moril bahkan onderdil, juga bukan masalah karena demi dan atas nama cinta. Maka jika cinta masih berfikir tentang “margin” (keuntungan) musti diragukan sampai di mana kadar cinta pasangan itu.
Ali warga Jangkar Kabupaten Situbondo, agaknya masih juga berpikir pemasukan dan pengeluaran ketika dia berselingkuh dengan Ny. Mar, warga Curahkalak . Pikir Ali, jika dirinya sudah mengeluarkan dana sekian-sekian, harus bisa berapa kali “masuk” atas diri istri Ijo, 45. Maka selagi bisa dapat sewa kamar yang murah, kenapa musti menginap di hotel. Di gubuk pun jadi, yang penting murah dan aman, itu kiat Ali yang punya ilmu pengiritan.
Ali – Mar sebenarnya belum lama menjalin asmara, meski keduanya sebenarnya merupakan tokoh lama. Lho kok? Soalnya, sekian tahun lalu keduanya adalah sepasang kekasih yang telah bertekad untuk membina rumahtangga bahagia. Tapi ternyata Tuhan menentukan lain. Mar menikah dengan lelaki lain dan Ali juga berkeluarga dengan wanita berbeda.
Dasar “jodoh”, sekian tahun kemudian Ali – Mar bersua lagi. Rasa serrrr dan sedut senut kembali merajai hati dan sanubarinya. Lupa bahwa sudah punya pasangan masing-masing, keduanya tergoda untuk menjalin koalisi. Tapi yang namanya koalisi asmara, tanpa “eksekusi” sama saja itu koalisi setengah hati. Maka didukung setan dan iblis, Mar – Ali masuk hotel dan adegan bak suami istri ini pun terjadi. Wah, meski itu stok lama, ternyata sejuta rasanya.
Keseharian Ali memang pedagang kacang tanah. Sebagai pedagang, dia tak bisa meninggalkan naluri bisnisnya. Kencan dengan Mar di hotel, sama saja high cost (biaya tinggi) yang berkepanjangan. Maka bila gedung baru DPR saja biayanya terus bisa ditekan, kenapa urusan paha wanita tak bisa menghemat anggaran? Karenanya, sejak itu Ali suka mengajak doinya kencan di gubuk tengah sawah, yang sewanya hanya Rp 10.000,- sekali kencan. Ini benar-benar paket hemat mengalahkan paha ayam goreng .
Tapi karena “paket hemat” ala Ali ini keseringan, warga lama-lama jadi curiga. Kenapa sebentar-sebentar Ali ke gubuk itu. Ketika diintip, busyet……ternyata dia sedang bersetubuh dengan bini Ijo. Penggerebekan pun dilakukan. Hampir saja mereka akan mengarak Mar – Ali, untungnya polisi segera tiba. Keduanya segera dibawa ke Polsek Jangkar.
Dalam pemeriksaan Ali mengakui, selain membayar Rp 10.000,- ongkos sewa gubuk, dia juga sering memberi uang belanja khusus pada Mar ini. “Ya sekedar bantuan ekonomi tak mengikatlah,” ujarnya polos.
Ya karena hubungan ini tanpa ikatan apa-apa. (HS/Gunarso TS)


Peselingkuh Ala Politisi

Peselingkuh Ala Politisi

TERNYATA tukang selingkuh punya pola kerja yang sama dengan politisi. Mereka sama-sama suka obral janji, tapi kemudian melupakan diri. Contohnya Jam, 27, ( bukan nama sebenarnya) dari Palembang ini. Gadis Ira, 20, (bukan nama sebenarnya) digauli berulangkali dengan garansi mau dikawini. Tapi ternyata, setelah sidoi hamil, malah ditinggal melarikan diri.
Bahwa politisi suka mengobral janji, sudah bukan rahasia lagi. Saat kampanye, dia berjanji ini itu, agar rakyat mencontreng namanya. Tapi setelah berhasil duduk manis di Senayan, dia jadi lupa akan janji-janji tempo hari. Katanya akan jadi penyambung lidah rakyat, tapi malah kerjanya studi banding melulu. Biarpun dikritisi dan diomeli LSM dan masyarakat, tak juga peduli. Bahkan Ketua DPR-nya, ikut-ikutan pula ke Turki meski itu bukan kapasitas untuk lembaga legislatip.
Jam warga, Kecamatan Ilir Timur (IT) II Palembang ini meski bukan politisi Senayan, latah pula untuk ikut-ikutan studi banding. Dia pengin membanding-bandingkan, bagaimana beda rasa antara pelayanan istri sendiri dengan wanita lain. Maka meskipun dalam koridor keluarga tindakan itu bisa disebut selingkuh, dia nekad saja. “Terus aja Bleh, bukankah selingkuh itu kepanjangan selingan indah keluarga utuh?” kata setan memberi motivasi.
Tukang ojek ini memang punya kenalan baru, yang diperolehnya saat dia mengojek sebagai pekerjaan sehari-hari. Setelah lama jadi tenaga antar jemput Ira, tanpa malu-malu dia mendeklarasikan cintanya, dengan mengaku masih bujangan tulen, siap testing dengkul. Ternyata si gadis bisa menerima aspirasi lelaki pengojek ini, dalam arti Ira siap menjadi pacarnya.
Tapi ternyata bagi Jam, membangun koalisi tanpa eksekusi, itu sama saja bohong. Diapun lalu merayu-rayu Ira untuk bersedia diajak bersetubuh bak suami istri.
Tentu saja dia menolak, karena belum jadi hak dan kewajibannya. Tapi pengojek yang tahu ilmu politisi, terus saja merayu dan berjanji bahwa siap bertanggungjawab bila terjadi hil-hil yang mustahal. Akibat rayuan Jam, akhirnya Ira pun bertekuk lutut dan berbuka paha.
Sejak itu kegiatan nyoblos dan nyontreng non Pemilu menjadi kegiatan rutin Jam dan Ira. Kadang di rumah, kadang di penginapan. Ibarat orang makan, mereka selalu “ngemil” kapan saja sempat. Tapi pada akhirnya, entah setelah berapa kali berbuat, perut Ira pun menggelembung secara signifikan. Ingat akan janji sang kekasih, dengan sendirinya Ira minta pertanggungjawaban untuk dinikahi secara resmi. Tapi ternyata pengojek ini benar-benar meniru kelakuan politisi. Begitu digugat “konstituen”-nya, buru-buru Jam minggat dengan alasan sudah punya keluarga.
Sudah barang tentu warga Sematang Borang tak terima perlakuan kekasihnya. Dia pun lalu mendatangi Polresta Palembang, minta segera Jam ditangkap dan dipenjarakan. Soalnya, perbuatan wanpretasi Jamil tersebut telah menghacurkan masa depannya sekaligus bakal anaknya.
Jam ternyata memang jago “ngemil”. (SP/Gunarso TS)

Peselingkuh Mujur Dari Langsa


Peselingkuh Mujur Dari Langsa -  Mujur benar nasib Alim – Ijah (bukan nama sebenarnya) warga Langsa Kabupaten Aceh Timur ini. Meski ketahuan selingkuh di negeri Serambi Mekah, tapi tak terkena sanksi hukum berdasarkan syariat Islam (qanun jinayat). Pemijat dan gendakannya ini hanya dipaksa nikah, tanpa merasakan “lezat”-nya punggung yang dicambuk bertubi-tubi.
Sejak September 2009 pemerintah Provinsi Aceh menerapkan Qanun Jinayat bagi seluruh wilayahnya. Sanksi itu antara lain diberikan kepada pelaku zina, tergantung kadar kesalahannya. Bisa dicambuk saja, bisa pula dirazam. Ketika berbuat memang asyik, tapi giliran kena sanksi Qanun Jinayat, tahu rasa. Baru ketahuan mesum saja sudah bukan main malunya, eh masih dicambuk pula di depan umum.
Tapi entah kenapa, mujur benar nasib pemijat dari  Alue Pineung, Langsa Timur ini. Ketika Alim, 37, tak bisa mengendalikan nafsunya, lalu menyetubuhi  Jjah, 30,  janda yang bukan istrinya, sanksinya hanya harus nikah segera. Mungkin tetua kampung itu merasa iba, karena keduanya menangis merengek-rengek dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya.
Alkisah, Alim sudah beberapa waktu lamanya hidup menduda. Sebagai lelaki normal yang masih muda dan enerjik, sudah barang tentu merasa ada kebutuhan hakiki yang tak terpenuhi selama ini. Bayangkan, ketika ada istri dia tak pernah kedinginan di malam hari. Kapan saja berkehendak, istri bisa jadi sasaran tumpahan gairahnya.
Tapi sejak hidup menduda, Alim tak ketemu lagi ladang yang menggairahkan dan bebas gambut itu. Sebagai pemijat, sebetulnya lumayan banyak “ladang” di depan matanya. Tapi selama ini dia masih takut dan mampu mengendalikan gejolak lelakinya. Lagi pula, Alim tak mau dicap jadi dukun cabul seperti dukun-dukun pijat lainnya yang salah jalan.
Tapi ketika ketemu kenalan baru bernama Ijah, 30, sendi-sendi moral mulai berguguran. Apa lagi setan selalu mengompori bahwa menahan birahi bisa berdampak pada tumbuhnya penyakit jerawat. Maka dari pada beli obat jerawat, mendingan salurkan saja sesuai kebutuhan, yang penting sama-sama suka .
Begitulah, dalam kondisi pusing multi dimensi ini, Alim lalu mengajak gendakan ke rumahnya. Waktunya pun di luar kelaziman, sehingga menimbulkan kecurigaan warga. Bagaimana penduduk tak bersyak wasangka, terima  pasien wanita kok pukul 00 dinihari. Memangnya pijat telat barang lima menit bisa menyebabkan kematian? Warga pun mulai menganalisa, jangan-jangan, jangan jangan…..!
Penggerebekan segera dilakukan. Mereka memang tertangkap bukan dalam posisi berbuat. Tapi berdasarkan interogasi pihak RT, Alim – Jjah mengaku baru saja bersetubuh melepas hasrat. Pihak tetua desa menjadi iba rupanya ketika pezinawan dan pezinawati itu menangis dan mengaku bertobat.  Keduanya pun tak diserahkan ke lembaga kepolisian, kecuali hanya diharuskan nikah segera. Padahal bila jadi urusan berwajib di Aceh, opsinya hanya dua: dicambuk atau dirazam.
Habis nikah, bebas memijat sekehendak hatinya. (JPNN/G

Bapak bermental jahilliyah


Bapak Bermental Jahiliyah MACAM- macam jaman jahiliyah saja,  anak lahir perempuan tidak disukai. Dan kebiadaban Danuri, 25 (bukan nama sebenarnya) semakin sempurna, ketika bayi Ririn, 1,5 (bukan nama sebenarnya) digigit dan dibekak mulutnya gara-gara rewel melulu. Kini ayah biadab itu jadi urusan polisi Polsek Tandes, Surabaya.
Bagi orangtua yang waras dan tak pernah dicuci otaknya, anak lahir lelaki atau perempuan, semua disambut dengan gembira. Kehadirannya akan menjadi pencerah dan penceria keluarga. Orangtuanya adalah pasangan yang bahagia, karena dipercaya Allah untuk mengasuh dan mendidik salah satu umatnya. Pepatah pun mengatakan, anak adalah belahan jiwa dan sibiran jantung.
Tapi tidak demikan bagi Danuri warga Tubanan Lama  Tandes, Surabaya.    Anak lahir perempuan, bukanlah pilihan dan cita-citanya. Maka bagi lelaki gendeng ini, bayi perempuan hanya akan jadi beban keluarga saja. Oleh karenanya,  sebelum bikin repot ke depannya, mendingan dimatikan sekarang saja. Lebih cepat lebih baik. Dasar.
Sesuai dengan usianya, Danuri memang masih mbocahi dalam perilaku. Lebih-lebih dia menikah dengan  perempuan yang usia 5 tahun di atasnya, sehingga dia dalam keseharian harus selalu diemong istri, bukan dia yang ngemong. Ditambah dengan kelakuannya yang temperamental, siapa pun yang mengganggu ketenangan dirinya harus dibinasakan, tak peduli itu anak kandung sendiri.
Alkisah, ketika  istri hamil sebagai dampak kerjasama nirlaba, Danuri bilang pada istrinya bahwa mendambakan anak lelaki. Tapi jika anak itu nanti lahir wanita, jangan menyesal, pasti si upik saya siksa terus. Kala itu Tami, 29 (bukan nama sebenarnya)  istrinya, menganggap omongan suami sekedar bualan warung kopi. Ee,  ternyata benar. Begitu bayi itu lahir perempuan, dia kurang bersemangat menerimanya. Dan ternyata ancaman Danuri bukan sekadar wacana saja.
Baru tiga bulan usia bayi Ririn, sudah pernah dibekap mulutnya gara-gara nangis. Pernah pula bayi tanpa dosa itu disrimpung kaki dan tangannya. Dan klimaknya beberapa hari lalu, gara-gara Ririn nangis terus ketika ditinggal ibunya ke warung, langsung digigit dan dibekap mulutnya. Keruan saja si upik pingsan. Ketika istrinya tahu, jawabnya enteng saja. “Anak macam begitu jangan dimanja, mati saja nggak apa-apa,” kata  Danuri tanpa ekspresi.
Dengan panik Tami menolongnya, digoyang-goyang sampai bayi mau menangis. Tapi melihat kondisi putrinya, dia memaksa suaminya mengantarkannya ke RS Muji Rahayu. Tapi setelah dicek dokter, bayi itu sudah terlanjur tewas. Danuri yang katanya mau menghubungi keluarga, ternyata kabur melarikan diri. Polisi Polresta Surabaya tengah memburu si bapak jahiliyah ini.
Kalau ketemu,  jangan  kasih ampun. (HS/Gunarso TS)