Buscar

Páginas

Berwisata ke TPA Cipayung, Mungkinkah?


Warta Kota/Dodi Hasanuddin 
Depok, Warta Kota
PEMANDANGAN di areal TPA Cipayung seluas 10.6 hektar itu tampak jauh berbeda beberapa tahun belakangan ini.
Dulu bau sampah sudah tercium meski dari jarak sekitar 300 meter dari pintu masuk jalan lama TPA Cipayung. Bau itu berasal dari tumpukan sampah yang sedang diratakan oleh alat-alat berat. Jalannya pun becek seperti tak terurus.
Kini pemandangannya sudah berubah. Bau menyengat tak ada lagi, karena sampah tersebut sudah ditutupi tanah setinggi semeter lebih. Yang terlihat hanya hamparan tanah luas. Namun bau itu konon masih terasa jika angin berhembus kencang.
Jalan di TPA tersebut juga tertata, meski pohon yang ditanam di kiri dan kanan jalan daunnya kering. Hal itu tidak menyurutkan Suheri (42) dan dua anaknya berjalan di kawasan itu guna melihat gundukan tanah di TPA. Tak hanya Suheri, terlihat banyak juga anak-anak bersepeda dan ibu-ibu yang menggandeng anaknya berjalan-jalan di kawasan itu. Tampaknya mereka sedang menikmati pemandangan alam di sekitar TPA.
“Sekarang TPA tidak bau. Makanya kalau libur saya ajak anak-anak jalan-jalan ke TPA menikmati pemandangan alam. Dulu jarang ke sini karena bau,” kata Suheri, warga Blok Sawo, Kampung Bulak Barat, Cipayung, Depok.
Menurut Suheri, dengan kondisi TPA saat ini yang mulai tertata, maka TPA juga dapat difungsikan sebagai tempat wisata. Hal itu didukung pula oleh banyaknya kebun pertanian di sekitar TPA. Di antaranya kebun belimbing dan jambu batu. Dengan dukungan tanaman itu, maka TPA dapat dijadikan sebagai wisata berkebun.
“Baca di media massa, di luar negeri itu, TPA bisa dijadikan tempat wisata. Kenapa di Depok tidak bisa. Andaikan TPA dijadikan tempat wisata, maka lebih banyak warga sekitar yang terbantu,” imbuhnya.
Suheri menyatakan, teknologi saat ini sudah canggih dan teknologi itu dapat digunakan untuk membuat TPA berfungsi sebagai tempat wisata. Suheri juga menyatakan, jika TPA tersebut berfungsi sebagai tempat wisata maka kaum perempuan di sekitarnya dapat dimanfaatkan jasanya untuk membersihkan jalan dan TPA Cipayung.
Setuju tempat wisata
Saodah (45) yang merupakan pemulung di TPA juga setuju jika TPA dapat difungsikan juga sebagai tempat wisata. “Saya warga asli di sini. Dari kakek dan orangtua sudah jadi pemulung. Jadi, saya sudah terbiasa dengan sampah. Saya setuju jika TPA dijadikan tempat wisata, mungkin penataannya akan lebih baik,” tutur Mpok Odah sapaan akrab Saodah.
Saodah mengatakan, bila TPA Cipayung dijadikan tempat wisata, maka kemungkinan pendapatannya bertambah. Karena bisa menjual makanan dan kerajinan yang terbuat dari sampah. Saat ini pendapatannya dari menjual sampah per minggunya antara Rp 15.000-Rp 50.000. Namun, umumnya per minggu antara Rp 30.000-Rp 50.000. “Kalau lagi boncos dapat Rp 15.000, itu bila sampah organik yang datang sedikit. Makanya kalau TPA ditutup maka mata pencahariannya hilang,” paparnya.
Saodah menambahkan, hampir seluruh warga Kampung Bulak Barat dan Pondok Petir menjadi pemulung di TPA Cipayung. Anggota Komisi C DPRD Kota Depok dari Fraksi PKS, Muttaqin menyetujui jika TPA Cipayung dijadikan tempat wisata dan hal itu dapat diusulkan ke Pemkot Depok.
"Secara teknologi bisa dilakukan dan saya kira itu merupakan usulan yang bagus," ujarnya.
Ia menambahkan, beberapa waktu yang lalu, Pemkot Depok akan memanfaatkan TPA Cipayung untuk dijadikan pembangkit listrik. Namun, ilmuwan Jepang menyatakan gas yang dihasilkan kurang untuk dikembangkan menjadi energi listrik. Jadi, memang menjadi tempat wisata yang paling mungkin asal benar-benar ditata secara rapi. (Dodi Hasanuddin)