Buscar

Páginas

Pensiunan Ogah “Pensiun”

Pensiunan Ogah “Pensiun” -  Meski usia sudah 65 tahun, Sahrudin masih getol juga dalam urusan asmara. Maklum, biarpun sebagai PNS sudah pensiun, dalam urusan satu itu dia memang tak mau pensiun. Maka yang terjadi kemudian, Sahrudin digerebek polisi dan istrinya ketika kelonan dengan WIL-nya, yang katanya sudah dikawin siri.
Tidak semua orang bisa menyadari akan ketuaannya. Walaupun usia sudah kepala enam, tetap saja masih merasa muda. Maka bagi kalangan politisi,  mumpung punya duit dan UU tidak melarang, majulah dia jadi calon presiden. Soal jadi atau tidak, itu urusan kedua. Yang penting maju. Bukankah kegagalan itu hanyalah sukses yang tertunda?
Sahrudin memang bukan politisi, dan duitnya juga hanya pas-pasan. Maka ketika dirinya masih merasa muda, dan gairah masih juga ada, dia hanya ingin jadi presiden rumahtangga jilid II. Maksudnya kawin lagi, begitu. Sayangnya, kemauan ada, tapi keberanian tiada. Sahrudin tahu persis bahwa istrinya sangat anti poligami, meski sering ke poliklinik lantaran sakit-sakitan.
Justru karena sering sakit itu, Maisaroh, 60, sebagai istri sudah tak bisa lagi menjalankan “kewajiban” istri secara optimal. Sahrudin yang masih merasa masih muda dengan sejuta gairahnya, memandang perlu menyacari solusi/penyaluran lain. Sejak itulah dia mulai menebar pesona, mememperluas cakrawala. Siapa tahu masih ada wanita yang siap diajak kerjasama nirlaba dalam urusan rumahtangga.
Sekian lama mencari sosok alternatif, akhirnya Sahrudin dapat juga janda muda, namanya Dewi, 40. Dalam usia kepala 4, dia memang masih kenceng-kencengnya dan nafsu-nafsunya. Ketika diajak nikah dengan si kakek, ternyata dia tak menolak, yang penting ada jaminan benggol (uang) dan bonggol. “Saya mau jadi istrimu, asalkan tugasku sekedar mamah dan mlumah,” begitu persyaratan Dewi.
Syarat-syarat Dewi kakek Sahrudin mampu memenuhi, tapi persyaratan izin dari istri pertama sebagai prosedur poligami, lha ini yang repot. Dan bisa dipastikan, merengek dan menangis dengan air mata darah, tak bakalan istri di rumah mengijinkan. Maka Sahrudin menawarkan opsi baru, mau tidak dikawin siri sja?
Lantaran sudah kepalang basah, Dewi pun tidak keberatan. Toh soal keturunan, dalam usia kepala 4 dia sudah tak berharap banyak. Yang penting kan penak, bukan anak. Maka diam-diam keduanya pun menikah siri. Sejak saat itu wajah Sahrudin ceria selalu. Soalnya meski di rumah nggak keurus, di tempat Dewi selalu terjamin. Ibatat mobil, dia bisa tune up dan sporing balansing kapan saja, meski “ban” miliknya sudah mulai gundul!
Tapi sebagai pensiunan keuangan Sahrudin sangat terbatas, sehingga dia tak bisa berlama-lama menjadi nakoda dua kapal. Karena keuangan mulai berkurang, dan suami juga jadi “jarum super”, penyelidikan pun mulai digelar. Hasilnya sangat mengejutkan, ternyata Sahrudin punya WIL di Mamajang, Makasar (Sulsel). Segera saja sang istri melapor ke Polsek Mamajang dan penggerebekan dilakukan.
Pensiunan dari kota Makasar ini pun digerebek di rumah WIL-nya. Ternyata benar, ketika pintu digedor polisi, Sahrudin – Dewi sedang bermesraan lazimnya suami istri. Keduanya pun digelandang ke Polsek. Dalam pemeriksaan keduanya mengaku sudah kawin siri. Maka polisi kemudian menjerat Sahrudin dengan pasal menikah lagi tanpa izin istri pertama.
Nikahnya saja tanpa izin, apa lagi kawinnya. (HS/Gunarso TS)