Buscar

Páginas

artikel/kehidupan penjaja sex 2 habis

Promosi Via Internet, Praktis dan Gratis

Istimewa
Palmerah, Warta Kota
PENGUNGKAPAN penjualan tujuh anak baru gede (ABG) justru berawal dari LL, rekan mereka yang tinggal di Menteng Wadas, Setiabudi, Jakarta Selatan. Ketika itu LL dikeroyok oleh para ABG tersebut hingga babak belur hanya karena masalah sepele. Orangtua LL pun mengadu ke pihak sekolah.
Guru yang menerima laporan itu kemudian mengecek akun facebook LL untuk mengetahui siapa saja yang mengeroyoknya. Alangkah terkejutnya dia ketika mengetahui di akun facebook itu muncul sejumlah percakapan bernada cabul, termasuk tentang transaksi prostitusi.
Hal inilah yang mendasari guru dan orangtua LL melaporkan dugaan prostitusi tersebut ke Polsektro Setiabudi. Namun karena transaksi dan penjualan anak bawah umur itu terjadi di Jakarta Pusat, kasus ini pun dilimpahkan ke Polrestro Jakarta Pusat.
Perempuan bernama Dede akhirnya diringkus bersama pelanggannya, Alay, di Apartemen Puri Kemayoran Tower 2 lantai 7, Nomor 207 A, Kemayoran, Jakarta Pusat.
Ironisnya, berdasarkan kesaksian ketujuh ABG, polisi mengetahui bahwa mereka melakukan praktik prostitusi itu bukan atas paksaan.
Para ABG itu, yakni KKS (15), AC (15), VYL (13), ZV (15), LCS (15), NF (16), dan AS (15), justru memanfaatkan bisnis ini guna memuaskan kebutuhan-kebutuhan materil mereka, seperti membeli handphone mewah, baju bermerek, dan sebagainya.
Sementara Dede, yang menjadi mucikari, mengaku sudah menjalani profesinya selama dua tahun. Dia menjajakan puluhan ABG kepada pria hidung belang melalui facebook.
Di tempat kos
Bisnis seks lewat situs jejaring sosial seperti facebook sebenarnya bukanlah barang baru. Pantauan Warta Kota, fasilitas internet memang dijadikan sebagai ajang promosi gratis.
Tak perlu lagi para ABG itu mangkal di pinggir jalan atau nongkrong di diskotek. Cukup membuat akun pribadi dan mengisi profilnya, plus beberapa foto seksi, selanjuntya mereka bisa mencari teman baru yang diperkirakan bisa jadi 'kliennya'.
Lewat pertemanan itulah mereka lalu bertukar nomor telepon seluler. "Kalau cowok itu telepon, baru dibuat kesepakatan tempat check in-nya," ucap Lita (16), ABG penjaja seks yang memasang tarif Rp 250.000 per jam.
Kepada Warta Kota, Lita mengaku hanya mau melayani tamunya di tempat kos di Jalan Dr Saharjo, Tebet. Kamar kos berukuran 3 m x 4 m dengan kamar mandi di dalam itu disewa Lita Rp 1,2 juta per bulan. Di dalamnya ada spring bed dobel dengan bed cover bergambar Dalmatian 101. Ada pula televisi layar datar 29 inci dan sebuah radio tape serta sebuah lemari ukuran sedang dan filing cabinet warna-warni.
Lita menghiasi ruangannya dengan warna serbahijau. "Namanya juga ABG, Mas," katanya. Dia mengaku tinggal sendirian, sementara kedua orangtuanya tinggal di Subang, Jawa Barat.
Lita sudah tiga tahun menjajakan layanan seks, tetapi baru beberapa bulan memakai fasilitas internet. Dia belajar dari rekan-rekannya. Awalnya dia hanya memakai telepon genggam produk China yang memiliki fitur facebook.
"Enggak capek, cukup lewat internet udah dapet tamu. Malah aku udah punya langganan tetap," katanya. Dari bisnis seksnya itu, setiap bulan Lita bisa mendapat uang Rp 4 juta sampai Rp 5 juta.
Hal serupa diungkapkan Vionna (16), yang untuk "bisnisnya" memakai situs tagged.com. Sebelumnya Vionna adalah pemijat freelance di bawah asuhan seorang germo pria. Transaksi dilakukan lewat internet.
"Sekarang sih udah tahu caranya, jadi mending bisnis sendiri," kata Vionna, yang menjalankan bisnis layanan seksnya menggunakan netbook.
Lewat perangkat itu dia bisa chatting sambil main webcam. Cara ini ditempuh Vionna agar tidak tertipu oleh calon pelanggannya. Sebaliknya, calon pelanggan bisa melihat bentuk fisiknya.
"Jadi sama-sama enak. Kalo enggak tertarik ya udah, enggak usah diterusin," kata cewek berparas oriental itu. Dia mengaku asli warga Manggabesar, Jakarta Barat, dan kini kos di Jalan Haryono MT, Tebet, Jakarta Selatan.
Cara transaksinya, Vionna hanya meminta si pelanggan memberi alamat hotel dan nomor kamar. Selanjutnya, dia akan mengecek hotel itu. "Kalau yang menyewa kamarnya benar, baru saya datang ke sana," katanya seraya mengungkapkan, dia membuka tarif Rp 400.000 per tiga jam.
Kemiskinan
Menurut sosiolog perkotaan Universitas Indonesia (UI) Otto Hernowohadi, mudahnya ABG terbujuk rayuan menjadi PSK disebabkan banyak faktor. "Terpaan media saat ini sangat luar biasa, terutama kepada anak-anak dan remaja, mulai dari internet, TV, dan media-media lainnya yang sarat dengan gaya hidup sangat konsumtif," ujarnya saat dihubungi Warta Kota. Menurut Otto, terpaan media bisa dikatakan sebagai faktor utama tumbuhnya sikap hedonis di perkotaan.
Meski demikian, faktor lain yang sangat berpengaruh adalah kemiskinan atau ekonomi. "Remaja perkotaan dihadapkan kepada etalase yang luar biasa hebat dan banyak, sehingga mereka ingin mendapatkan semuanya secara instan dengan mudah dan cepat, meskipun harus mematahkan atau menabrak norma kesusilaan," ujar Otto.
Kemiskinan atau ketiadaaan nilai atau norma yang kuat yang bisa dijadikan pegangan bagi anak dan remaja, menambah mudahnya mereka terjerumus.
Dikatakan Otto, memakai behel gigi, berlama-lama di mal, memakai Blackberry, sudah menjadi gaya hidup yang digandrungi remaja di kota besar. (Ahmad Sabran)


baca:artikel terkait